Rawai Tuna (Long line)
Rawai tuna atau tuna long line merupakan alat penangkap ikan tuna yang paling efektif. Rawai tuna merupakan ragkaian sejumlah pancing yang dioperasikan sekaligus (Gambar 1). Satu tuna long liner biasanya mengoperasikan 1.000 -2.000 mata pancing untuk sekali turun. Rawai tuna umumnya dioperasikan di laut lepas atau mencapai perairan samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, yaitu menanti umpan dimakan oleh ikan sasaran. Pengoprasian alat ini adalah dengan menurunkan pancing ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan sehingga kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arus atau disebut drifting. Driftingberlangsung selama kurang lebih 4 – 5 jam, selanjutnya mata pancing diangkat kembali ke atas kapal.
Gambar 1. Kapal long line
Umpan long line harus
bersifat atraktif, misalnya sisik ikan yang mengkilat, tahan di dalam
air dan tulang punggung yang kuat. Umpan dalam pengoperasian alat
tangkap ini berfungsi sebagai alat pemikat ikan. Jenis umpan yang
digunakan umumnya ikan pelagis kecil, seperti lemuru (Sardinella sp.), layang (Decapterussp.), kembung (Rastrelliger sp.) dan bandeng (Chanos chanos).Rawai
tuna ini merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan karena bersifat
selektif terhadap jenis ikan yang ditangkap. Jenis ikan tangkapan utama
berupa ikan tuna dan ikan cakalang merupakan jenis komoditi yang
exportable, sehingga pemanfaatan alat tangkap ini semakin meningkat.
Dahuri (2001), menyampaikan bahwa potensi tuna dan cakalang di perairan
indonesia adalah 780.040 ton. Oleh karena itu, pentingnya pengoperasian
alat tangkap rawai tuna dibahas dalam tulisan ini.
Kapal
Alat tangkap rawai tuna dioperasikan menggunakan kapal khusus rawai
tuna yang memiliki buritan cukup luas untuk pengoperasian rawai
menggunakan line hauler. Kapal yang digunakan berukuran yang bervariasi
sekitar 30 – 600 GT. Ukuran kapal tersebut menentukan jumlah hari trip
penangkapan yang dilakukan.Bahan pembuatan kapal ada yang terbuat dari
kayu, FRP dan baja. Bahan kapal juga tergantung kepada ukuran besar
kapal. Ukuran kapal lebih dari 150GT umumnya terbuat dari baja.
Alat
tangkap rawai pada dasarnya rawai tuna terdiri atas 3 komponen utama,
yaitu pelampung rangkaian tali temali dan pancing. Pada pancing
dilengkapi dengan umpan berupak ikan utuh jenis pelagis kecil yang
disukai ikan tuna. Jumlah pancing yang digunakan berkisar antara 800 –
2000 pancing dengan panjang rentang tali bisa mencapai ratusan
kilimeter.
Alat
bantu penangkapanAlat bantu yang dipergunakan dalam pengoperasian rawai
tuna adalah lampu apung atau radio apung yang berfungsi sebagai
pendeteksi keberadaan atau posisi alat tangkap. Selain itu juga umumnya
dilengkapi dengan line hauler, line thrower, belt conveyor, penggulung tali cabang dan peralatan oseanografi.
Daerah
penangkapan dan daerah penyebaran tuna di perairan Indonesia adalah di
Samudera Hindia sebelah Barat Pulau Sumatera, Selatan Pulau Jawa, Laut
Timor, Laut Sulawesi, Laut Flores, dan perairan sebelah Utara Papua
(Naingolan, 2007). Beberapa kendala yang diamati oleh penulis adalah
penentuan lokasi daerah penangkapan yang tepat, penggunaan peralatan
tangkap dan peralatan pendukung lainnya, dan penangananan ikan hasil
tangkapan.
1. Penentuan
daerah penangkapan ikan yang masih menggunakan metode –metode lama.
Perkembangan teknologi menuntut pengusaha atau pun nelayan untuk
bersaing dalam upaya penangkapa ikan. Penggunaan teknologi yang terus
berkembang mengakibatkan operasi kapal rawai yang belum menggunakan
teknologi terbaru susah bersaing dengan kapal rawai yang menggunakan
teknologi terbaru. Penggunaan teknologi terbaru akan lebih cepat
menentukan daerah penangkapan ikan dan berakibat pada penekanan biaya
operasional
2. Posisi
penurunan atau pengangkatan alat tangkap rawai yang umumnya panjang
(berkisar antara 800 – 2000 mata pancing panjanynya mencapai ratusan
kilometer) menuntut kemampuan dan keterampilan ABK dalam penggunaan
peralatan tangkap dan peralatan pendukung lainnya. Kesalahan dalam
penurunan dan pengangkatan rawai berakibat pada kecelakaan seperti
putusnya tali, tersangkutnya kail, dan lain – lain.
Penanganan
ikan hasil tangkapan pada kapal rawai tuna ini umumnya sudah memenuhi
standar kualitas penanganan mutu yang diinginkan oleh konsumen. Namun
demikian, penanganan ikan pun membutuhkan keterampilan pemilahan ikan
dari kail dan penggunaan teknologi yang digunakan untuk menyimpan ikan.
Solusi operasional rawai tuna yang efektif dan efisien bukanlah jawaban
yang mudah. Namun demikian, penulis mencoba membahas berdasarkan
faktor-faktor kendala sebagaimana dijelaskan di atas.Teknologi yang
digunakan dalam pemanfaatan sumberdaya tuna disesuaikan dengan sifat dan
tingkah laku ikan sasaran. Tuna (Thunnus spp.) dan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan
jenis ikan perenang cepat yang bergerombol. Oleh karena itu, alat
tangkap ikan menggunakan rawai tuna harus disesuaikan dengan sifat dan
tingkah laku ikan yang menjadi tujuan penangkapan.Umumnya tuna dan
cakalang dapat tertangkap pada keldalaman 0 – 400 meter. Salinitas
perairan yang disukai berkisar 32 – 35 ppt atau di perairan oseanik dan
suhu perairan berkisar17 – 31o C.Penentuan daerah penangkapan
dengan tepat dapat dilakukan dengan dukungan berbagai informasi dan
bantuan teknologi yang terus berkembang selain dengan secara visual
langsung di perairan. Penggunaan teknologi saat ini adalah penginderaan
jauh kelautan dan hidroakustik yang menentukan daerah penangkapan dengan
menganalisis secara fisika kimiawi perairan.
Perbekalan yang harus disiapkan sebelum kapal bertolak dari pelabuhan ke daerah fishing ground diantaranya :
· Umpan
· Fuel Oil dan Pelumas
· Perlengkqpqn alat tangkap cadangan
· Deck / engine supply
· Makanan dan Air tawar
· Obat – obatan
5. Persiapan lainnya
Melakukan pemeriksaan peralatan navigasi, teropong, mesin utama, alat pengganti ( suku cadang ), mesin pendingin, pompa, generator, perlengkapan, penangkapan dan lain –lain. Selain itu juga mempekerjakan orang untuk turun kapal, meyiapkan perlengkapan kesehatan, alat komunikasi, menentukan pasar dan lainnya.
Suatu perairan dapat dikatakan daerah penangkpan ikan ( fishing ground ) dari suatu alat, apabila alat itu dapat digunakan secara terus menerus dan menguntungkan. Dengan demikian fishing ground harus ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
- Faktor adanya ikan ( musim ikan )
- Faktor jenis ikan yang ada dan dapat ditangkap dengan alat tersebut
- Faktor yang menguntungkan usaha penangkapan
- Faktor meteorologi dan oceanografi serta hal lain yang mempengaruhi
2. Sifat fishing ground
Sangat tergantung dari sasaran yang akan ditangkap, sasaran utama yakni tuna dan jenis ikan pelagis lainnya yang mempunyai sifat hampir sama dengan tuna. Migrasi jenis ini jauh lebih luas sehubungan dengan itu sifat fishing ground Tuna adalah :
- Perairan dalam dan berkadar garam tinggi ( diatas 30 o/00 )
- Perairan bersih terhindar dari pencemaran dan penyebaran luas
Sifat-sifat tersebut di perairan Indonesia terdapat di samudera Indonesia dan samudera Pasifik. Karena luasnya kita bagi menjadi :
o Daerah Andaman dan Nicobar
o Daerah sebelah barat pulau Sumatera
o Daerah sebelah selatan pulau Jawa
o Daerah Nusa Tenggara
o Daerah Samudera Tengah
o Daerah Australia Barat
3. Musim Ikan
Sepanjang tahun ikan tuna dapat ditangkap. Tetapi karena pengaruh temperatur air, iklim dan arus, maka terjadilah perbedaan musim ikan di berbagai daerah, sebagai berikut:
v Bulan Januari dan Agustus : Samudera Indonesia tengah
v Bulan Februari dan Maret : Sebelah barat pulau Sumatera
v Bulan April : Daerah Andaman dan Nicobar
v Bulan Mei, Oktober s/d Desember : Sebelah barat Australia
v Bulan Juni dan September : Nusa Tenggara
v Bulan Juli dan September : Sebelah selatan pulau Jawa.
a. Keadaan kapal saat setting
Fishing Master dan kapten di ruang kemudi mengemudikan kapal sambil memperhatikan, keamanan / keselamatan pada saat setting, kecepatan setting, adanya kapal lain dan jaraknya, lintasan tali pancing, laju kapal, suhu air, pusaran arus, burung laut, lumba – lumba dan kayu yang terbawa arus.
b. Pada saat memasang umpan
Hal yang perlu diperhatikan adalah pencarian umpan, pemasangan pada mata pancing ( biasanya ikan dikait pada bagian kepalanya ). Pada ikan kembung pada bagian punggung, urutan mata pancing, melepas gulungan tali cabang, dan memeriksa cacat pada setiap bagian tali cabang.
c. Radio – buoy dan lampu
Untuk penarikan saat tengah malam, pada tali utama ( main line ) dipasang lampu sebanyak 5 - 6 buah dan radio buoy sebanyak 12 – 13 buah.
3. Teknik Setting
a. Waktu setting
Setting dilaksanakan pukul 2 – 3 pagi. Tali yang di setting terlebih dahulu adalah tali cabang untuk perairan laut dalam. Lama setting kira –kira 5 jam. Panjang tali utama mencapai 100 mil.
b. Pada saat sebelum setting
Pekerjaan setting dilakukan secara berurutan seperti, mengeluarkan umpan dari palka, mencairkan umpan, mulai menjalankan mesin, mengukur kedalaman air ( menggunakan alat yang dioperasikan di ruang kemudi ), menyambung antar bagian pancing dari main line ke branch line, memasang snaph, bola tali, memasang umpan pada mata pancing, memasang pelampung di tali bola, radio buoy dan mempersiapkan lampu, serta pembagian kerja diatur oleh Fishing Master dan Bosun.
Tali cabang untuk perairan laut dalam dipisahkan di sisi kapal dan tali yang akan dipakai diletakkan di bagian sebelah kiri. Bola yang tidak dipakai dan yang tidak berhubungan dengan tali yang dipasang dikumpulkan di atas ruang kemudi. Pemasangan bola diameter 30 cm dilakukan setelah pemasangan 4 buah bola diameter 20 cm.
4. Teknik Hauling
a. Waktu hauling
Untuk pengoperasian hauling dimulai kira – kira jam 12 siang. Lamanya hauling antara 12 – 18 jam.
b. Saat hauling
Sambil menggulung main line perlu diperhatikan, arah bentangan tali, keadaan hasil tangkapan dan pemotongan tali yang kusut jika diperlukan.
- Dilakukan pengaturan dan pengawasan tempat penyimpanan main line
- Penggunaan mesin pengumpul main line
- Melepas snaph
- Mengatur kembali tempat penyimpanan alat – alat
- Mengatur penggunaan tempat bola
- Membetulkan tali cabang, mengganti mata pancing, serta membetulkan tali yang kusut.
Pada penangkapan dengan long line mengenai masalah umpan sangatlah menentukan jumlah hasil tangkap. Oleh karena itu perlu perhatian yang sebaik – baiknya, perlu kita ketahui bahwa ikan tuna dan sejenis ikan pelagis lainnya tidak suka umpan dalam bentuk irisan.
Ikan pelagis tujuan penangkapan adalah jenis ikan perenang cepat dan memiliki kebiasaan memburu mangsa. Untuk memberi kesan bahwa umpan kita itu ikan hidup, maka diusahakan menyediakan umpan dalam bentuk utuh, segar dan tidak rusak. Walaupun tidak dapat memenuhi semua syarat sebagai umpan, jenis umpan Long Line antara lain :
Ø Cumi – cumi ( terbaik tapi harganya mahal, jumlahnya terbatas )
Ø Sarden / lemuru, memiliki leher pendek dan kurang kuat
Ø Ikan Terbang ( jumlah terbatas dan sulit diperoleh )
Ø Mackerel tuna ( tongkol kecil ), lehernya kuat dan keras.
2. Cara memasang umpan
Pemasangan umpan pada long line berbeda dengan line fishing lainnya. Prinsip kerja cara pemasangan umpan yang benar menjaga agar umpan tidak terlalu rusak dan menyangkut dengan kuat.
Untuk menghasilkan cara pemasangan yang baik, maka terdapat beberapa cara bagian umpan yang terkait pancing, antara lain :
1. Mata tembus mata
2. Kepala bagian bawah atau atas segaris dengan tutup insang
3. Bagian bawah sirip dada tembus sebelah menyebelah
4. Bagian ekor
Pemilihan cara pemasangan umpan yang benar diharapkan :
ü Umpan terkait kuat, karena umpan tergantung dengan menahan arus, ikan umpan melekat kuat.
ü Umpan dapat melambai lebih baik, untuk memberi kesan bahwa umpan itu ikan hidup bebas.
3. Kecepatan memasang umpan
Umpan dipasang pada waktu itu juga, saat akan dilempar kelaut. Berdasarkan pengalaman kecepatan rata – rata tiap jam dapat menurunkan ± 500 pancing . Berarti tiap satu menit harus dapat memasang umpan antara 8 – 10 pancing.
4. Syarat umpan
Ø Warna kontras, mengkilat ( hitam, putih atau disesuaikan dengan warna isi perut ikan tuna atau sejenisnya )
Ø Panjang antara 15 – 25 cm, lebar 2 – 5 cm
Ø Leher kuat dan daging ulet
Ø Mempunyai bau segar yang menyolok.
Ø Harganya murah
Ø Perawatan gampang dan mudah
- Tuna Mata Besar ( big eye tuna )
1. Badannya agak besar pendek gemuk. Yang besar dapat mencapai 2 meter dan beratnya 200 kg.
2. Matanya agaknya besar.
- Madidihang ( yellow fin tuna )
1. Badannya tidak gemuk seperti tuna mata besar
2. Panjangnya mencapai 1,8 meter dan beratnya 100 kg
3. Sirip dada dan sirip punggung berwarna kuning
- Tuna sirip biru ( blue fin tuna )
1. Panjangnya mencapai 1,6 meter dan beratnya 300 kg
2. Warna badan bagian atas biru kehijauan
- Albakora ( albacore )
1. Tergolong tuna kecil. Dapat mencapai panjang kurang lebih 1 meter dan berat 15 kg
2. Sirip dada cukup panjang
- Ikan pedang ( sword fish )
1. Dapat mencapai panjang sampai 4,5 meter dan berat 500 kg
2. Rahang atas tumbuh panjang sekali dan gepeng
3. Badannya bulat
- Setuhuk ( marlin )
1. Panjang mencapai 4 meter dan berat 600 kg
- Ikan layaran ( sail fish )
1. Panjang dapat mencapai 3 meter dan berat 400 kg
2. Tidak memiliki sisik
I. PENANGANAN IKAN TUNA
1. Mengenal Ikan Tuna.
Ikan tuna merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai tambah yang cukup berarti dipasaran ikan Internasional. Hal ini terbukti dengan adanya permintaan tuna segar dipasaran Jepang yang mencapai 250 – 350 ton per hari, sehingga hal ini menjadi suatu tantangan bagi Indonesia yang mempunyai potensi lestari khusus untuk ikan tuna sebesar 258,8 ribu ton / tahun.
Adapun jenis – jenis tuna segar yang diekspor adalah : Big – eye tuna ( Thunnus obesus ), Yellow fin tuna ( Thunnus albacares ).
Selanjutnya, guna mendukung ekspor tuna segar menjadi produk yang bermutu baik, maka semenjak ikan tertangkap sampai pada tangan konsumen, mutu kesegarannya harus dijaga dengan tetap mempertahankan suhu ikan berkisar 1- 2,5 0 C, atau selalu dalam keadaan di es.
2. Penanganan ( handling ) tuna segar
Dalam hal ini ada 2 cara penanganan dengan peng-Es-an biasa ( Chiling ), kedua dengan sistim Pendinginan Air Laut ( Refrigerated Sea Water ) yang sering terdapat pada kapal – kapal penangkapan.
Urutan penanganan dapat dilakukan sebagai berikut :
- Penyiapan palkah dan deck kapal, dengan cara membersihkannya terlebih dahulu.
- Pada saat ikan telah naik di atas kapal, maka harus dikerjakan secara hati – hati baik saat melepas mata pancing maupun meletakannya di atas deck, dan hindari luka – luka atau memar tubuhnya.
Bila masih hidup dapat dimatikan terlebih dahulu dengan menusukan marlin / spike tepat pada bagian otak di kepala.
- Buka salah satu tutup insang, lalu buang lapisan – lapisan insang dengan cara dipotong dengan pisau.
- Keluarkan isi perut melalui rongga insang. Untuk mempermudah penarikan isi perut maka bagian anus disobek sepanjang ± 3 cm. Sehingga usus yang menempel pada anus dapat tercabut dengan mudah.
- Cuci bersih rongga insang dengan perut, juga bagian luar tubuh ikan dengan air laut.
- Pada cara peng-Es-an biasa ( Chiling ) rongga insang dan rongga perut diisi dengan butiran Es ( Es Curai ) , kemudian disimpan di palkah dengan jalan menyelimuti tubuh ikan dengan butiran – butiran Es.
- Pada cara RSW ( Refrigerated Sea Water ), ikan yang telah dibersihkan / dibungkus dengan karung / goni atau plastik, dan selanjutnya disimpan dalam palkah.
Perlakuan ini dimaksudkan untuk menghindari rusaknya tubuh ikan oleh benturan dengan dinding palkah, atau sesama ikan itu sendiri. Sistem ini diterapkan pada kapal penangkapan yang telah dilengkapi dengan peralatan Refrigasi.
3. Perlakuan Ikan Tuna Ditempat Penampungan.
- Lembaran karung / goni dihampar di atas geladak kemudian disemprot dengan air dari dalam palkah ( air pendingin ikan ).
- Ikan Tuna diangkat ke atas geladak, karung pembungkus dilepas, dan ikan disimpan di atas hamparan karung basah sambil dicuci.
- Selanjutnya ikan diletakan di atas kereta dorongan, dan ditutup dengan karung basah agar tidak terkena sinar matahari, lalu diangkat ke tempat penampungan.
- Pada tempat penampungan, Tuna terlebih dahulu disimpan dalam bak Fibre Glass yang berisi air es.
4. Pengujian Organoleptik
Uji Organoleptik dikerjakan langsung oleh tim dari perusahaan importir. Pemeriksaan dilaksanakan dengan kriteria – kriteria sebagai berikut : keadaan rupa ikan, tekstur daging ( kekenyalan ), bau, rasa daging, dan sayatan jaringan daging.
5. Pengepakan ( Packing )
· Sebelum dikemas terlebih dahulu dicuci dan dibersihkan guna membuang sisa – sisa isi perut dan insang.
· Ikan Tuna dipak dengan cara ditempatkan dalam posisi terlentang pada bagian rongga insang dan rongga perut serta dekat bagian ekor diberi es yang telah dibungkus dalam plastik.
J. TEKNIK NAVIGASI
1. Menjalankan instrument nautika
Alat navigasi yang terdapat di kapal Long Line diantaranya :
Ø Gyro compass
Ø Auto pilot
Ø Radar
Ø GPS
Ø Wireless phone
Ø Fish finder / Echosounder
Dan alat Oceanografi diantaranya :
Ø Termometer
Ø Current meter
Semua alat tersebut dipakai untuk mengetahui kedalaman ikan, posisi kapal, suhu air laut dan keadaan arus.
2. Observasi
Pengamatan cuaca dan laut pada saat berlayar dilakukan oleh orang bagian deck. Pengamatan untuk berlayar dilakukan 1 kali pada waktu berlayar. Pengamatan keadaan laut untuk mendapatkan informasi pada saat berlayar serta cara mengemudikan kapal yang aman, dimaksudkan untuk meningkatkan kehandalan kerja bagi juru mudi, fishing master dan perwira deck. Keadaan cuaca pada saat masuk pelabuhan dan saat operasi, memilih daerah penangkapan, keselamatan navigasi dan saat masuk - keluar pelabuhan.
3. Penjaga saat berlayar, keselamatan operasi dan pelayaran
Semua pengetahuan penggunaan alat navigasi dan oceanografi ini sangat penting untuk dimengerti guna keamanan berlayar melalui praktek navigasi dan kapal. Khususnya pengumpulan informasi dan pengamatan meteorologi dan fenomena laut pada saat cuaca buruk dan pelayaran malam hari menjadi ketentuan penting untuk menambah pengalaman praktek. Perjalanan kapal secara aman dilakukan dengan petunjuk kapten.
Sumber: Source
A. PENDAHULUAN
Dengan diproklamirkannya Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ( ZEEI ) 200 mil dari batas perairan teritorial tanggal 21 Maret 1980, maka luas perairan Indonesia bertambah menjadi ± 5,8 juta Km2. Bertambah luasnya perairan Indonesia memberi harapan baru yang menguntungkan bagi perkembangan perikanan laut.
Potensi lestari sumberdaya hayati perikanan tuna di perairan teritorial dan ZEEI diperkirakan 258,8 ribu ton per tahun ( Anonymus,1983 ).
Bertambahnya potensi perikanan tuna dari ZEEI merupakan tantangan bagi
kita untuk dapat mengelola dan memanfaatkannya secara rasional.
Long
Line merupakan salah satu alat tangkap yang efektif dan khusus
ditujukan untuk menangkap ikan tuna, karena konstruksinya mampu
menjangkau kedalaman renang ( Swimming layer ) dan sangat sesuai untuk dioperasikan di perairan ZEEI 200 mil.
B. PENGERTIAN
Long line adalah tali yang memanjang yang dimasukkan ke dalam laut, terdiri dari main line ( tali utama ) dan branch line
( tali cabang ) yang diikatkan pada tali utama tersebut. Tali cabang
adalah tali sebagai cabang dari tali utama, yang menjorok ke dalam laut,
dan di bawahnya digantungkan pancing – pancing yang diberi umpan.
C. KAPAL TUNA LONG LINE
Kapal
untuk ikan tuna long line, termasuk jenis kapal untuk laut lepas. Hal
itu dikarenakan daerah penangkapan ikan tuna ataupun jenis ikan tuna
lainnya berada jauh dari lepas pantai, maka kemampuan kapal juga
tergantung pada ukuran besar kecilnya kapal.
1. Kapal ikan tuna long line dilengkapi dengan mesin seperti
· Line hauler è Mesin untuk menarik tali dari laut
· Side roller è Roll dipakai ketika menarik tali dari laut
· Line roller è Mesin untuk membuang tali ke laut
· Branch reel è Mesin untuk menggulung tali cabang dari laut
2. Alat penangkapan ikan tuna
· Alat penangkapan ikan tuna terdiri dari tali utama, tali cabang, tali pelampung, pelampung dan pancing.
· Tali utama ( main line )
a Tali utama Tali ini adalah tali utama ( main line ) pada tuna long line
b Di tali utama dipasang tali cabang setiap 50 m
· Tali cabang ( branch line )
a Tali cabang ini adalah tali cabang pancing sepanjang 20 – 50 m
b Di ujung tali cabang dipasang mata pancing
· Tali pelampung ( buoy line )
a Tali ini adalah tali – tali untuk mengapungkan tali utama
b Tali ini menyambungkan pelampung dengan tali utama
c Mudah dipasang dan dicabut dengan tali utama karena ada snaph
· Pelampung ( float )
a Pelampung adalah alat untuk mengapungkan tali utama di laut
b Pelampung berbentuk bola plastik yang cukup besar
· Pelampung berlampu ( light buoy )
a Pelampung ini, pada malam hari digunakan untuk mencari posisi ujung tali tuna di laut.
b Diatas pelampung dipasang lampu tanda
· Mata pancing ( hook )
a Mata pancing dipasang diujung tali cabang
b Mata pancing ini memiliki kaitan supaya ikan yang telah memakan umpan tidak terlepas ( tetap terkait )
Tabel 1.1 Ukuran dari bagian – bagian Long Line
No. | Nama Bagian | Bahan | Diameter ( mm ) | Panjang ( m ) |
1. | Tali Utama | Polyester | 6 - 6,5 | 50 |
2. | Tali Cabang : a. Snaph on b. Tali cabang utama c. Kili – Kili d. Yoka f. Pancing | Baja anti karat Polyester Kuningan & timah Polyester Baja dilapis timah | 5,0 3,5 No . 28 3,3 No . 5 / 6 | 0,15 20 - 12,5 - |
3. | Tali Pelampung | Polyester | 6,5 | 30 |
4. | Pelampung | Plastik | 300 | - |
D. PERSIAPAN PENANGKAPAN
1. Persiapan Berangkat.
Sebelum
berangkat diperlukan waktu satu minggu untuk persiapan. Kapten harus
betul – betul sudah merencanakan apa yang diharapkan dari hasil
penangkapan itu dan menentukan untuk rencana pelayaran baru.
-
Para ABK bersiap untuk memuat barang perbekalannya, selain itu juga
para pegawai perusahaan perikanan yang di darat harus sudah memulai
keperluan operasi pemancingan ikan dan barang - barang yang diminta dari
anak buah kapal tersebut.
- Seiring
perkembangan zaman dengan adanya teknologi canggih, baik mesin – mesin
maupun peralatan penangkapan ikan yang semakin modern, begitu pula cara
memesan barang atau memperbaiki peralatan yang rusak, cukup dengan
memesan ke pabriknya langsung sebelum bertolak, dengan kata lain
persiapan untuk bertolak waktunya semakin pendek.
-
Bagi ABK, karena pelayaran long line ini jangka panjang, maka dapat
membawa barang – barang pribadi yang diperlukan, selain itu saat ini
alat komunikasi semakin canggih, untuk berhubungan dengan darat dapat
dilakukan sewaktu – waktu.
2. Berlayar
Berkenaan
dengan hasil laporan ke darat ( kantor pusat ) pada kapal ikan tuna
jenis Long Line ini, semakin ditingkatkan kualitasnya. Persiapan alat
pancing akan dimuat ke kapal, tidak perlu dikerjakan sendiri oleh ABK,
maka bagi dirinya lebih enak. Hanya setelah sampai ke Daerah
Penangkapan, ABK tinggal siap untuk memulai operasi memancing, jadi
tidak perlu membenahi alat – alat pancingnya, dengan jalan ini jelas
waktunya semakin hemat. Alat – alat ini semua umumnya telah disediakan
oleh toko penjual alat – alat pemancingan, untuk itu berarti penanganan
atau pemeliharaannya sedikit.
- Perijinan kapal
- Ijin Usaha Perikanan ( IUP ) • Sertifikat Kesempurnaan
- Surat Penangkapan Ikan ( SPI ) • Surat Tanda Kebangsaan
- Surat Ijin Penangkapan Ikan ( SIPI ) • Surat Ukur
- Surat ijin berlayar dari syahbandar • Sijil Awak Kapal
- Sertifikat garis muat
- Perbekalan
Perbekalan yang harus disiapkan sebelum kapal bertolak dari pelabuhan ke daerah fishing ground diantaranya :
· Umpan
· Fuel Oil dan Pelumas
· Perlengkqpqn alat tangkap cadangan
· Deck / engine supply
· Makanan dan Air tawar
· Obat – obatan
5. Persiapan lainnya
Melakukan pemeriksaan peralatan navigasi, teropong, mesin utama, alat pengganti ( suku cadang ), mesin pendingin, pompa, generator, perlengkapan, penangkapan dan lain –lain. Selain itu juga mempekerjakan orang untuk turun kapal, meyiapkan perlengkapan kesehatan, alat komunikasi, menentukan pasar dan lainnya.
E. FISHING GROUND TUNA LONG LINE
1. Prinsip fishing groundSuatu perairan dapat dikatakan daerah penangkpan ikan ( fishing ground ) dari suatu alat, apabila alat itu dapat digunakan secara terus menerus dan menguntungkan. Dengan demikian fishing ground harus ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
- Faktor adanya ikan ( musim ikan )
- Faktor jenis ikan yang ada dan dapat ditangkap dengan alat tersebut
- Faktor yang menguntungkan usaha penangkapan
- Faktor meteorologi dan oceanografi serta hal lain yang mempengaruhi
2. Sifat fishing ground
Sangat tergantung dari sasaran yang akan ditangkap, sasaran utama yakni tuna dan jenis ikan pelagis lainnya yang mempunyai sifat hampir sama dengan tuna. Migrasi jenis ini jauh lebih luas sehubungan dengan itu sifat fishing ground Tuna adalah :
- Perairan dalam dan berkadar garam tinggi ( diatas 30 o/00 )
- Perairan bersih terhindar dari pencemaran dan penyebaran luas
Sifat-sifat tersebut di perairan Indonesia terdapat di samudera Indonesia dan samudera Pasifik. Karena luasnya kita bagi menjadi :
o Daerah Andaman dan Nicobar
o Daerah sebelah barat pulau Sumatera
o Daerah sebelah selatan pulau Jawa
o Daerah Nusa Tenggara
o Daerah Samudera Tengah
o Daerah Australia Barat
3. Musim Ikan
Sepanjang tahun ikan tuna dapat ditangkap. Tetapi karena pengaruh temperatur air, iklim dan arus, maka terjadilah perbedaan musim ikan di berbagai daerah, sebagai berikut:
v Bulan Januari dan Agustus : Samudera Indonesia tengah
v Bulan Februari dan Maret : Sebelah barat pulau Sumatera
v Bulan April : Daerah Andaman dan Nicobar
v Bulan Mei, Oktober s/d Desember : Sebelah barat Australia
v Bulan Juni dan September : Nusa Tenggara
v Bulan Juli dan September : Sebelah selatan pulau Jawa.
F. OPERASI PENANGKAPAN
1. Bagian penting dalam operasia. Keadaan kapal saat setting
Fishing Master dan kapten di ruang kemudi mengemudikan kapal sambil memperhatikan, keamanan / keselamatan pada saat setting, kecepatan setting, adanya kapal lain dan jaraknya, lintasan tali pancing, laju kapal, suhu air, pusaran arus, burung laut, lumba – lumba dan kayu yang terbawa arus.
b. Pada saat memasang umpan
Hal yang perlu diperhatikan adalah pencarian umpan, pemasangan pada mata pancing ( biasanya ikan dikait pada bagian kepalanya ). Pada ikan kembung pada bagian punggung, urutan mata pancing, melepas gulungan tali cabang, dan memeriksa cacat pada setiap bagian tali cabang.
c. Radio – buoy dan lampu
Untuk penarikan saat tengah malam, pada tali utama ( main line ) dipasang lampu sebanyak 5 - 6 buah dan radio buoy sebanyak 12 – 13 buah.
3. Teknik Setting
a. Waktu setting
Setting dilaksanakan pukul 2 – 3 pagi. Tali yang di setting terlebih dahulu adalah tali cabang untuk perairan laut dalam. Lama setting kira –kira 5 jam. Panjang tali utama mencapai 100 mil.
b. Pada saat sebelum setting
Pekerjaan setting dilakukan secara berurutan seperti, mengeluarkan umpan dari palka, mencairkan umpan, mulai menjalankan mesin, mengukur kedalaman air ( menggunakan alat yang dioperasikan di ruang kemudi ), menyambung antar bagian pancing dari main line ke branch line, memasang snaph, bola tali, memasang umpan pada mata pancing, memasang pelampung di tali bola, radio buoy dan mempersiapkan lampu, serta pembagian kerja diatur oleh Fishing Master dan Bosun.
Tali cabang untuk perairan laut dalam dipisahkan di sisi kapal dan tali yang akan dipakai diletakkan di bagian sebelah kiri. Bola yang tidak dipakai dan yang tidak berhubungan dengan tali yang dipasang dikumpulkan di atas ruang kemudi. Pemasangan bola diameter 30 cm dilakukan setelah pemasangan 4 buah bola diameter 20 cm.
4. Teknik Hauling
a. Waktu hauling
Untuk pengoperasian hauling dimulai kira – kira jam 12 siang. Lamanya hauling antara 12 – 18 jam.
b. Saat hauling
Sambil menggulung main line perlu diperhatikan, arah bentangan tali, keadaan hasil tangkapan dan pemotongan tali yang kusut jika diperlukan.
- Dilakukan pengaturan dan pengawasan tempat penyimpanan main line
- Penggunaan mesin pengumpul main line
- Melepas snaph
- Mengatur kembali tempat penyimpanan alat – alat
- Mengatur penggunaan tempat bola
- Membetulkan tali cabang, mengganti mata pancing, serta membetulkan tali yang kusut.
G. CARA MEMASANG UMPAN
1. Jenis umpan :Pada penangkapan dengan long line mengenai masalah umpan sangatlah menentukan jumlah hasil tangkap. Oleh karena itu perlu perhatian yang sebaik – baiknya, perlu kita ketahui bahwa ikan tuna dan sejenis ikan pelagis lainnya tidak suka umpan dalam bentuk irisan.
Ikan pelagis tujuan penangkapan adalah jenis ikan perenang cepat dan memiliki kebiasaan memburu mangsa. Untuk memberi kesan bahwa umpan kita itu ikan hidup, maka diusahakan menyediakan umpan dalam bentuk utuh, segar dan tidak rusak. Walaupun tidak dapat memenuhi semua syarat sebagai umpan, jenis umpan Long Line antara lain :
Ø Cumi – cumi ( terbaik tapi harganya mahal, jumlahnya terbatas )
Ø Sarden / lemuru, memiliki leher pendek dan kurang kuat
Ø Ikan Terbang ( jumlah terbatas dan sulit diperoleh )
Ø Mackerel tuna ( tongkol kecil ), lehernya kuat dan keras.
2. Cara memasang umpan
Pemasangan umpan pada long line berbeda dengan line fishing lainnya. Prinsip kerja cara pemasangan umpan yang benar menjaga agar umpan tidak terlalu rusak dan menyangkut dengan kuat.
Untuk menghasilkan cara pemasangan yang baik, maka terdapat beberapa cara bagian umpan yang terkait pancing, antara lain :
1. Mata tembus mata
2. Kepala bagian bawah atau atas segaris dengan tutup insang
3. Bagian bawah sirip dada tembus sebelah menyebelah
4. Bagian ekor
Pemilihan cara pemasangan umpan yang benar diharapkan :
ü Umpan terkait kuat, karena umpan tergantung dengan menahan arus, ikan umpan melekat kuat.
ü Umpan dapat melambai lebih baik, untuk memberi kesan bahwa umpan itu ikan hidup bebas.
3. Kecepatan memasang umpan
Umpan dipasang pada waktu itu juga, saat akan dilempar kelaut. Berdasarkan pengalaman kecepatan rata – rata tiap jam dapat menurunkan ± 500 pancing . Berarti tiap satu menit harus dapat memasang umpan antara 8 – 10 pancing.
4. Syarat umpan
- Ditinjau dari segi teknis :
Ø Warna kontras, mengkilat ( hitam, putih atau disesuaikan dengan warna isi perut ikan tuna atau sejenisnya )
Ø Panjang antara 15 – 25 cm, lebar 2 – 5 cm
Ø Leher kuat dan daging ulet
Ø Mempunyai bau segar yang menyolok.
- Ditinjau dari segi ekonomis
Ø Harganya murah
Ø Perawatan gampang dan mudah
H. HASIL TANGKAPAN
Jenis Ikan Tuna yang tertangkap dengan Long Line :- Tuna Mata Besar ( big eye tuna )
1. Badannya agak besar pendek gemuk. Yang besar dapat mencapai 2 meter dan beratnya 200 kg.
2. Matanya agaknya besar.
- Madidihang ( yellow fin tuna )
1. Badannya tidak gemuk seperti tuna mata besar
2. Panjangnya mencapai 1,8 meter dan beratnya 100 kg
3. Sirip dada dan sirip punggung berwarna kuning
- Tuna sirip biru ( blue fin tuna )
1. Panjangnya mencapai 1,6 meter dan beratnya 300 kg
2. Warna badan bagian atas biru kehijauan
- Albakora ( albacore )
1. Tergolong tuna kecil. Dapat mencapai panjang kurang lebih 1 meter dan berat 15 kg
2. Sirip dada cukup panjang
- Ikan pedang ( sword fish )
1. Dapat mencapai panjang sampai 4,5 meter dan berat 500 kg
2. Rahang atas tumbuh panjang sekali dan gepeng
3. Badannya bulat
- Setuhuk ( marlin )
1. Panjang mencapai 4 meter dan berat 600 kg
- Ikan layaran ( sail fish )
1. Panjang dapat mencapai 3 meter dan berat 400 kg
2. Tidak memiliki sisik
I. PENANGANAN IKAN TUNA
1. Mengenal Ikan Tuna.
Ikan tuna merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai tambah yang cukup berarti dipasaran ikan Internasional. Hal ini terbukti dengan adanya permintaan tuna segar dipasaran Jepang yang mencapai 250 – 350 ton per hari, sehingga hal ini menjadi suatu tantangan bagi Indonesia yang mempunyai potensi lestari khusus untuk ikan tuna sebesar 258,8 ribu ton / tahun.
Adapun jenis – jenis tuna segar yang diekspor adalah : Big – eye tuna ( Thunnus obesus ), Yellow fin tuna ( Thunnus albacares ).
Selanjutnya, guna mendukung ekspor tuna segar menjadi produk yang bermutu baik, maka semenjak ikan tertangkap sampai pada tangan konsumen, mutu kesegarannya harus dijaga dengan tetap mempertahankan suhu ikan berkisar 1- 2,5 0 C, atau selalu dalam keadaan di es.
2. Penanganan ( handling ) tuna segar
Dalam hal ini ada 2 cara penanganan dengan peng-Es-an biasa ( Chiling ), kedua dengan sistim Pendinginan Air Laut ( Refrigerated Sea Water ) yang sering terdapat pada kapal – kapal penangkapan.
Urutan penanganan dapat dilakukan sebagai berikut :
- Penyiapan palkah dan deck kapal, dengan cara membersihkannya terlebih dahulu.
- Pada saat ikan telah naik di atas kapal, maka harus dikerjakan secara hati – hati baik saat melepas mata pancing maupun meletakannya di atas deck, dan hindari luka – luka atau memar tubuhnya.
Bila masih hidup dapat dimatikan terlebih dahulu dengan menusukan marlin / spike tepat pada bagian otak di kepala.
- Buka salah satu tutup insang, lalu buang lapisan – lapisan insang dengan cara dipotong dengan pisau.
- Keluarkan isi perut melalui rongga insang. Untuk mempermudah penarikan isi perut maka bagian anus disobek sepanjang ± 3 cm. Sehingga usus yang menempel pada anus dapat tercabut dengan mudah.
- Cuci bersih rongga insang dengan perut, juga bagian luar tubuh ikan dengan air laut.
- Pada cara peng-Es-an biasa ( Chiling ) rongga insang dan rongga perut diisi dengan butiran Es ( Es Curai ) , kemudian disimpan di palkah dengan jalan menyelimuti tubuh ikan dengan butiran – butiran Es.
- Pada cara RSW ( Refrigerated Sea Water ), ikan yang telah dibersihkan / dibungkus dengan karung / goni atau plastik, dan selanjutnya disimpan dalam palkah.
Perlakuan ini dimaksudkan untuk menghindari rusaknya tubuh ikan oleh benturan dengan dinding palkah, atau sesama ikan itu sendiri. Sistem ini diterapkan pada kapal penangkapan yang telah dilengkapi dengan peralatan Refrigasi.
3. Perlakuan Ikan Tuna Ditempat Penampungan.
- Lembaran karung / goni dihampar di atas geladak kemudian disemprot dengan air dari dalam palkah ( air pendingin ikan ).
- Ikan Tuna diangkat ke atas geladak, karung pembungkus dilepas, dan ikan disimpan di atas hamparan karung basah sambil dicuci.
- Selanjutnya ikan diletakan di atas kereta dorongan, dan ditutup dengan karung basah agar tidak terkena sinar matahari, lalu diangkat ke tempat penampungan.
- Pada tempat penampungan, Tuna terlebih dahulu disimpan dalam bak Fibre Glass yang berisi air es.
4. Pengujian Organoleptik
Uji Organoleptik dikerjakan langsung oleh tim dari perusahaan importir. Pemeriksaan dilaksanakan dengan kriteria – kriteria sebagai berikut : keadaan rupa ikan, tekstur daging ( kekenyalan ), bau, rasa daging, dan sayatan jaringan daging.
5. Pengepakan ( Packing )
· Sebelum dikemas terlebih dahulu dicuci dan dibersihkan guna membuang sisa – sisa isi perut dan insang.
· Ikan Tuna dipak dengan cara ditempatkan dalam posisi terlentang pada bagian rongga insang dan rongga perut serta dekat bagian ekor diberi es yang telah dibungkus dalam plastik.
J. TEKNIK NAVIGASI
1. Menjalankan instrument nautika
Alat navigasi yang terdapat di kapal Long Line diantaranya :
Ø Gyro compass
Ø Auto pilot
Ø Radar
Ø GPS
Ø Wireless phone
Ø Fish finder / Echosounder
Dan alat Oceanografi diantaranya :
Ø Termometer
Ø Current meter
Semua alat tersebut dipakai untuk mengetahui kedalaman ikan, posisi kapal, suhu air laut dan keadaan arus.
2. Observasi
Pengamatan cuaca dan laut pada saat berlayar dilakukan oleh orang bagian deck. Pengamatan untuk berlayar dilakukan 1 kali pada waktu berlayar. Pengamatan keadaan laut untuk mendapatkan informasi pada saat berlayar serta cara mengemudikan kapal yang aman, dimaksudkan untuk meningkatkan kehandalan kerja bagi juru mudi, fishing master dan perwira deck. Keadaan cuaca pada saat masuk pelabuhan dan saat operasi, memilih daerah penangkapan, keselamatan navigasi dan saat masuk - keluar pelabuhan.
3. Penjaga saat berlayar, keselamatan operasi dan pelayaran
Semua pengetahuan penggunaan alat navigasi dan oceanografi ini sangat penting untuk dimengerti guna keamanan berlayar melalui praktek navigasi dan kapal. Khususnya pengumpulan informasi dan pengamatan meteorologi dan fenomena laut pada saat cuaca buruk dan pelayaran malam hari menjadi ketentuan penting untuk menambah pengalaman praktek. Perjalanan kapal secara aman dilakukan dengan petunjuk kapten.
Sumber: Source