Suatu
hari, terjadilah dialog antara saya dengan beliau di serambi sebuah
hotel di Bandung. Saya ingat, beliau berpesan bahwa beliau senang
ditanya. Kalau ditanya, maka akan dijelaskan panjang lebar. Tapi kalau
kita diam, maka beliau pun akan “tidur”. Jadilah saya berpikir untuk
selalu mengajaknya ngobrol. Bertanya apa saja yang bisa saya
tanyakan.Sampai akhirnya saya bertanya secara asal, “Pak, Anda saat ini
kan bisa dibilang sukses. Paling tidak, lebih sukses daripada orang
lain. Lalu menurut Anda, apa yang menjadi rahasia kesuksesan Anda?” Tak
dinyana beliau menjawab pertanyaan ini dengan serius. “Ada empat hal
yang harus Anda perhatikan,” begitu beliau memulai penjelasannya.
KUNCI PERTAMA
“Pertama.
Jangan lupakan orang tuamu, khususnya ibumu. Karena ibu adalah orang
yang melahirkan kita ke muka bumi ini. Mulai dari mengandung 9 bulan
lebih, itu sangat berat. Ibu melahirkan kita dengan susah payah, sakit
sekali, nyawa taruhannya. Surga di bawah telapak kaki ibu. Ibu bagaikan
pengeran katon (Tuhan yang kelihatan). Banyak orang sekarang yang salah.
Para guru dan kyai dicium tangannya, sementara kepada ibunya tidak
pernah. Para guru dan kyai dipuja dan dielukan, diberi sumbangan materi
jutaan rupiah, dibuatkan rumah; namun ibunya sendiri di rumah dibiarkan
atau diberi materi tapi sedikit sekali. Banyak orang yang
memberangkatkan haji guru atau kyainya, padahal ibunya sendiri belum
dihajikan. Itu terbalik.
Pesan Nabi : Ibumu, ibumu,
ibumu… baru kemudian ayahmu dan gurumu. Ridho Allah tergantung pada
ridho kedua orang tua. Kumpulkan seribu ulama untuk berdoa. Maka doa
ibumu jauh lebih mustajabah.” Beliau mengambil napas sejenak.
KUNCI KEDUA
“Kemudian yang kedua,” beliau melanjutkan.”Banyaklah memberi. Banyaklah bersedekah.
Allah
berjanji membalas setiap uang yang kita keluarkan itu dengan berlipat
ganda. Sedekah mampu mengalahkan angin. Sedekah bisa mengalahkan besi.
Sedekah membersihkan harta dan hati kita. Sedekah melepaskan kita dari
marabahaya. Allah mungkin membalas sedekah kita dengan rejeki yang
banyak, kesehatan, terhindarkan kita dari bahaya, keluarga yang baik,
ilmu, kesempatan, dan lain-lain. Jangan sepelekan bila ada pengemis
datang meminta-minta kepadamu. Karena saat itulah sebenarnya Anda
dibukakan pintu rejeki. Beri pengemis itu dengan pemberian yang baik dan
sikap yang baik. Kalau punya uang kertas, lebih baik memberinya dengan
uang kertas, bukan uang logam. Pilihkan lembar uang kertas yang masih
bagus, bukan yang sudah lecek. Pegang dengan dua tangan, lalu ulurkan
dengan sikap hormat kalau perlu sambil menunduk (menghormat) . Pengemis
yang Anda beri dengan cara seperti itu, akan terketuk hatinya, ‘Belum
pernah ada orang yang memberi dan menghargaiku seperti ini.’ Maka
terucap atau tidak, dia akan mendoakan Anda dengan kelimpahan rejeki,
kesehatan dan kebahagiaan. Banyak orang yang keliru dengan menolak
pengemis yang mendatanginya, bahkan ada pula yang menghardiknya.
Perbuatan itu sama saja dengan menutup pintu rejekinya sendiri.
Dalam kesempatan lain, ketika
saya berjalan-jalan dengan beliau, beliau jelas mempraktekkan apa yang
diucapkannya itu. Memberi pengemis dengan selembar uang ribuan yang
masih bagus dan memberikannya dengan dua tangan sambil sedikit
membungkuk hormat. Saya lihat pengemis itu memang berbinar dan betapa
berterima kasihnya.
KUNCI KETIGA
“Allah
berjanji memberikan rejeki kepada kita dari jalan yang tidak
disangka-sangka, “ begitu beliau mengawali penjelasannya untuk rahasia
ketiganya. “Tapi sedikit orang yang tahu, bagaimana caranya supaya itu
cepat terjadi? Kebanyakan orang hanya menunggu. Padahal itu ada
jalannya.”
“Benar di Al Quran ada
satu ayat yang kira-kira artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya diadakan-Nya jalan keluar baginya dan memberinya rejeki
dari jalan/pintu yang tidak diduga-duga” , saya
menimpali (QS Ath Thalaq 2-3).
“Nah, ingin tahu caranya bagaimana agar kita mendapatkan rejeki yang tidak diduga-duga? ,” tanya beliau.
“Ya,
bagaimana caranya?” jawab saya. Saya pikir cukup dengan bertaqwa,
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka Allah akan
mengirim rejeki itu datang untuk kita.
“Banyaklah
menolong orang. Kalau ada orang yang butuh pertolongan, kalau ketemu
orang yang kesulitan, langsung Anda bantu!” jawaban beliau ini membuat
saya berpikir keras. “Saat seperti itulah, Anda menjadi rejeki yang
tidak disangka-sangka bagi orang itu. Maka tentu balasannya adalah Allah
akan memberikan kepadamu rejeki yang tidak disangka-sangka pula.”
“Walau pun itu orang kaya?” tanya saya.
“Ya,
walau itu orang kaya, suatu saat dia pun butuh bantuan. Mungkin
dompetnya hilang, mungkin ban mobilnya bocor, atau apa saja. Maka jika
Anda temui itu dan Anda bisa menolongnya, segera bantulah.”
“Walau
itu orang yang berpura-pura? Sekarang kan banyak orang jalan kaki,
datang ke rumah kita, pura-pura minta sumbangan rumah ibadah, atau
pura-pura belum makan, tapi ternyata cuma bohongan. Sumbangan yang
katanya untuk rumah ibadah, sebenarnya dia makan sendiri,” saya bertanya
lagi.
“Ya walau orang itu cuma berpura-pura seperti itu,” jawab beliau.
“Kalau
Anda tanya, sebenarnya dia pun tidak suka melakukan kebohongan itu. Dia
itu sudah frustasi karena tidak bisa bekerja atau tidak punya pekerjaan
yang benar. Dia itu butuh makan, namun sudah buntu pikirannya. Akhirnya
itulah yang bisa dia lakukan. Soal itu nanti, serahkan pada Allah.
Allah yang menghakimi perbuatannya, dan Allah yang membalas niat dan
pemberian Anda.”
KUNCI KEEMPAT
Wah,
makin menarik, nih. Saya manggut-manggut. Sebenarnya saya tidak
menyangka kalau pertanyaan asal-asalan saya tadi berbuah jawaban yang
begitu serius dan panjang. Sekarang tinggal satu rahasia lagi, dari
empat rahasia seperti yang dikatakan beliau sebelumnya.
“Yang keempat nih, Mas,” beliau memulai. “Jangan mempermainkan wanita”.
Hm…
ini membuat saya berpikir keras. Apa maksudnya. Apakah kita membuat
janji dengan teman wanita, lalu tidak kita tepati? Atau jangan biarkan
wanita menunggu? Seperti di film-film saja.
“Maksudnya
begini. Anda kan punya istri, atau suami. Itu adalah pasangan hidup
Anda, baik di saat susah maupun senang. Ketika Anda pergi meninggalkan
rumah untuk mencari nafkah, dia di rumah menunggu dan
berdoa
untuk keselamatan dan kesuksesan Anda. Dia ikut besama Anda di kala
Anda susah, penghasilan yang pas-pasan, makan dan pakaian seadanya,dia
mendampingi Anda dan mendukung segala usaha Anda untuk berhasil.”
“Lalu?” saya tak sabar untuk tahu kelanjutan maksudnya.
“Banyak
orang yang kemudian ketika sukses, uangnya banyak, punya jabatan, lalu
menikah lagi. Atau mulai bermain wanita (atau bermain pria, bagi yang
perempuan). Baik menikah lagi secara terang-terangan, apalagi diam-diam,
itu menyakiti hati pasangan hidup Anda. Ingat, pasangan hidup yang dulu
mendampingi Anda di kala susah, mendukung dan berdoa untuk kesuksesan
Anda. Namun ketika Anda mendapatkan sukses itu,
Anda meninggalkannya. Atau Anda menduakannya. ” Oh… pelajaran monogami nih, pikir saya dalam hati.
“Banyak
orang yang lupa hal itu. Begitu sudah jadi orang besar, uangnya banyak,
lalu cari istri lagi. Menikah lagi. Rumah tangganya jadi kacau. Ketika
merasa ditinggalkan, pasangan hidupnya menjadi tidak rela. Akhirnya
uangnya habis untuk biaya sana-sini. Banyak orang yang jatuh karena hal
seperti ini. Dia lupa bahwa pasangan hidupnya itu sebenarnya ikut punya
andil dalam kesuksesan dirinya,” beliau melanjutkan.
Hal
ini saya buktikan sendiri, ketika saya datang ke rumahnya yang di Waru
Sidoarjo, saya menjumpai beliau punya 1 istri, 2 anak laki-laki dan1
anak perempuan.
Perbincangan ini ditutup ketika kemudian ada tamu yang datang….
smoga bermanfaat,..